LAPORAN PENGAMATAN
“PENGARUH SUHU TERHADAP KERJA ENZIM
”
Praktikum
Fisiologi Hewan Bidang Studi Pendidikan Biologi S-1
Disusun
oleh :
-
R. Neni N
|
(15542011)
|
-
Nadia Adiati P
|
(15542019)
|
-
Depi Saraswati
|
(15542015)
|
-
Sulia Nawangsih
|
(15542014)
|
-
Eva hardiyanti
|
(15542001)
|
-
Rizal Dwi Lesmana
|
(15542017)
|
-
Santi S
|
(14542029)
|
KELAS
: 3 – A
LABORATORIUM
BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
GARUT
2017
A. Judul Pengamatan
Pengaruh
Suhu Terhadap Kerja Enzim
B.
Tujuan
Pengamatan
Untuk
mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim amylase dengan sumber karbohidrat air
pati atau amilum
C.
Alat
dan Bahan dan fungsinya
- Alat – alat yang digunakan untuk
pengamatan :
·
Gelas kimia (Beker glass) 500 mL 3
buah, dan 1 100 mL.
|
Digunakan untuk menyimpan
air yang akan dipanaskan.
Digunakan untuk
menyimpan saliva.
|
·
Gelas ukur
|
Digunakan untuk
mengukur cairan pati yang akan digunakan.
|
·
Termometer
|
Digunakan untuk
mengukur suhu air yang dipanaskan.
|
·
Tabung Reaksi
|
Digunakan untuk
mereaksikan larutan.
|
·
Pipet tetes
|
Digunakan
untuk mengambil saliva dan larutan benedict dan lugol.
|
·
Corong
|
Digunakan
untuk memasukan dan memindahkan air pati kedalam tabung reaksi.
|
·
Spatula
|
Digunakan
untuk mengaduk larutan.
|
·
Pembakar spirtus
|
Digunakan untuk
memanaskan air yang akan digunakan.
|
·
Kaki tiga dan kasa asbes
|
Digunakan untuk
menyangga gelas kimia saat dipanaskan.
|
·
Kasa
|
Digunakan untuk
menyaring saliva.
|
·
Rak tabung reaksi
|
Digunkan untuk
menyimpan tabung reaksi.
|
·
Penjepit tabung
|
Digunakan untuk
menjepit tabung reaksi salama melakukan pemanasan.
|
·
Baki
|
Digunakan untuk
menyimpan alat-alat praktikum.
|
·
Tissue
|
Digunakan
untuk membersihkan sisa praktikum
|
·
Bensin
|
Digunakan
untuk menyalakan api pada pembakar spirtus.
|
·
Kertas Label
|
Digunakan untuk
memberikan label pada gelas kimia dan tabung reaksi.
|
·
ATK
|
Digunakan untuk
mencatat hasil pengamatan
|
·
Alat perekam
|
Digunakan
untuk dokumentasi saat pengamatan
|
- Bahan yang digunakan untuk pengamatan
·
Air Pati
|
Digunakan sebagai sumber karbohidrat
|
|
·
Benedict
|
Digunakan sebagai indikator untuk indikator gula reduksi
|
|
·
Lugol
|
Digunakan sebagai indikator uji
karbohidrat
|
|
·
Saliva
|
Digunakan sebagai sumber enzim amilase
|
|
·
Air
|
Digunakan sebagai mengatur suhu
|
D. Langkah Kerja
E.
Hasil
Pengamatan
1. Uji Lugol
1. Uji Lugol
Waktu
|
Perubahan Warna
|
||
Normal
|
36-37 oC
|
>70 OC
|
|
5
Menit ke 1
|
Ungu
(++)
|
Ungu
(++++)
|
Bening
|
5
Menit ke 2
|
Ungu (++++) diatas
Ungu (++) di bawah
|
Ungu
(+)
|
Bening
|
5
Menit ke 3
|
Ungu
(++++)
|
Putih
|
Kuning
terang
|
5
Menit ke 4
|
Ungu
(+)
|
-
|
Kuning
terang
|
5
Menit ke 5
|
Ungu (++++) diatas
Ungu (++) di bawah
|
-
|
Kuning
terang
|
2. Uji Benedict
Waktu
|
Perubahan
Warna
|
||
Normal
|
36-37
oC
|
>70
OC
|
|
5 Menit ke 1
|
Biru
(++)
|
Biru
(+++)
|
Kuning
(+++)
|
5 Menit ke 2
|
Biru
(++++)
|
Biru
(++)
|
-
Orange di atas
-
Biru di bawah
|
5 Menit ke 3
|
Biru
(+++)
|
Biru
(++)
|
Orange
(++++)
|
5 Menit ke 4
|
Biru
(+)
|
-
|
Kuning
labu (++++)
|
5 Menit ke 5
|
Biru
(+)
|
-
|
Orange
(++)
|
F. Pembahasan
Enzim
merupakan sebuah substrat yang membantu proses metabolisme dalam tubuh. Enzim
dapat mempermudah kerja tubuh baik dalam proses katabolisme (prambanan) maupun
anabolisme (pembentukan). Berbagai reaksi kimia metabolisme didalam tubuh
organisme dapat berlangsung dengan cepat karena sel organisme tersebut
menghasilkan enzim. Reaksi kimia didalam sel dilakukan oleh enzim yang termasuk
dalam golongan katalis. Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi dengan
energi aktivasi dan tanpa mengubah hasil akhir (produk).
Katalis tersebut mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung didalam sel. Enzim tidak ikut serta dalam pengubahan suatu zat (reaksi), tetapi zat tersebut di buat berulang kali untuk mempercepat reaksi.
Katalis tersebut mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung didalam sel. Enzim tidak ikut serta dalam pengubahan suatu zat (reaksi), tetapi zat tersebut di buat berulang kali untuk mempercepat reaksi.
Enzim memiliki sifat bekerja pada suhu tertentu
dan akan nonaktif pada suhu tersebu.. Suhu atau temperature merupakan salah
satu factor yang mempengaruh kerja enzim.
Pengamatan yang dilakukan menggunakan air pati
sebagai sumber karbohidrat yang mengadung glukosa dan amilum. Penggunaan air
pati ini karena akan menguji kerja enzim amylase yang ada di dalam saliva atau
air liur manusia. Pengamatan ini bertujuan untuk mengeahui bagaimana pengaruh
suhu terhadap aktivitas kerja enzim serta untuk mengetahui suhu yang optimal bagi
enzim amylase maka dilakukan pengamatan.
Pati atau amilum merupakan polisakarida hasil
sintesis dari tanaman hiaju melalui proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk
Kristal bergranula. Pati diguanakan sebagai pengentaldan penstabil dalam
makanan. Batang pohon sagu mengandung pati yang seteloah dikeluarkan akan
menjadi bahan makanan. Umbi yang terdapat pada ubi jalar atau akar pada ketela
pohon mengandung pati yang cukup banyak, sebab keela pohon tersebut selain
dapat digunakan sebagai bahan makanan sember karbohidrat, juga digunakan
sebagai bahan baku dalam pabrik tapioca.
Struktur molekul pati :
Pati
adalah karbohidrat yang terdiri atas amilosa dan amilopektin. Kedua komponen
tersebut sangat penting dalam pati. Amilosa mempunyai rantai lurus atau rantai
terbuka dan larut dalam air, sedangkan amilopektin merupakan rantai terbuka dan
memiliki cabang yang terdiri dari satuan glukosa yang bergabung selain itu
tidak dapat larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic. Butir – butir
pati apabila diamati dengan menggunakan mikroskop, memiliki perbedaan bentuk
berdasarkan sumber dari tumbuhannya.
Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang
terikat dengan ikatan α 1,4-Glikosidik. Struktur Amilosa :
Amilopektin
terdiri atas 1.000 unit glukosa, lebih besar dari pada amilosa. Terdiri atas
molekul D-glikosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan
sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Hal ini menyebabkan amilopektin bercabang.
Struktur
molekul Amilopektin :
Mula – mula pengamatan
diawali dengan mengukur air pati sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi yang
selanjutnya disimpan pada masing-masing gelas kimia yang memiliki suhu yang
berbeda. Perbedaan suhu yang dilakukan adalah sebagai pembeda, sehingga
perbedaan kerja enzim berdasarkan suhu dapat terlihat. Berdasarkan teori enzim
tidak dapat bekerja pada suhu yang tinggi maupun suhu yang rendah, kecuali pada
hewan – hewan tertentu. Pada manusia enzim bekerja pada suhu optimum yaitu suhu
kamar sekitar 37◦C.
Setelah
itu ditambahkan 15 tetes cairan saliva (air ludah), air ludah ini memiliki
fungsi sebagai pembawa enzim, Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga
mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke
dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Saliva dapat memproduksi enzim khusus
yang dapat memecah pati atau karbohidrat menjadi gugus gula yang lebih
sederhana. Enzim yang memiliki fungsi tersebut adalah enzim amylase.
Enzim amylase ditemukan pada dalam air liur,
dimana ia memulai proses kimia dalam pencernaan dengan menghidrolisis pati.
Enzim ini mulai bekerja di mulut ketika makanan dikuunya, memecah ikatan
polisakarida yang memiliki kaitan sama untuk membuat rantai molekul pati.
1. Uji
Lugol
Pengujian
yang pertama adalah dengan menggunakan larutan Lugol. Larutan iodium Lugol
sering digunakan sebagai reagen untuk melacak pati atau mengidentifikasi
karbohidrat polisakarida pada suatu zat atau bahan. Larutan 5% terdiri dari 5%
(m/v) iodium (I2) dan 10% (m/v) kalium iodida
(KI) dicampur dalam air suling dan memiliki kandungan iodium total 126,5 mg/mL.
Kalium iodida menyumbang unsur iodium yang larut dalam air melalui pembentukan
io triiodida I−3). Reaksi positif pada uji
lugol ini adalah terjadinya perubahan warna menjadi biru atau menjadi ungu.
Berdasarkan
hasil pengamatan pada tabel 1. Dapat dilihat uji lugol pada suhu normal, pada 5
menit pertama setelah ditambahkan 2 tetes lugol terjadi perubahan warna menjadi
ungu (++) atau ungu yang cukup pudar, hal ini menunjukan bahwa kandungan
polisakarida pada pati tersebut hanya sedikit. 5 menit kedua setelah penambahan
2 tetes lugol warna pati berubah warna menjadi warna ungu (++++) yang lebih
pekat dari sebelumnya, hal ini menandakan bahwa karbohidrat atau gula lebih
banyak dari sebelumnya. 5 menit ketiga air pati tetap berwarna ungu (++++) yang
sama seperti sebelumnya. 5 menit keempat warna pati menjadi sedikit pucat (++).
5 menit kelima air pati kembali berubah warna menajdi ungu pekat (++++).
Reaksi yang terjadi antara amilum dengan larutan Lugol :
Terbentuknya
warna ungu pada air pati dan suhu normal, yaitu menunjukan bahwa enzim dapat
memecah air pati menjadi molekul gula yang sederhana. Tahap awal kerja enzim bekerja
mengubah amilum menjadi amilodekstrin yang menyebabkan terbentuknya warna ungu
dengan ditambahkanya larutan lugol.
Enzim menjadi optimal karena tidak terhambat
oleh suhu disekitarnya. Karena enzim sudah memecah air pati menjadi molekul
yang lebih sederhana, adapun reaksinya sebagai berikut :
Percobaan pada suhu normal hanya dilakukan
sampai 5 kali pengulangan, karena diperkirakan akan membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk peristiwa akromasi. Peristiwa karomasi ini adalah titik dimana
tidak ada perubahan warna lagi pada reaksi, atau dalam kasus iodin disebut
perekasi iod tidak lagi positif
Selanjutnya adalah uji lugol pada suhu 36◦C -
37◦C. pada 5 menit pertama penambahan 2 tetes larutan lugol merubah warna pati
menjadi ungu yang cukup pekat (++++), hal ini menujukan bahwa dalam air pati
erdapat molekul polisakarida yang cukup banyak. 2 menit kedua warna pati
menjadi ungu (+++) sedang, hal ini menunjukan bahwa molekul polisakarida hanya
sedikit. 5 menit ketiga air pati kembali mejadi berwarna putih atau pada warna
awal, hal ini menunjukan adanya titik akromasi. Setelah terjadinya titik
akromasi perlakuan dihentikan.
Pengujian lugol pada suhu 36◦C - 37◦C hanya
berlangsung sampai 3 kali pengulangan, lalu air pati mengalami akromasi,hal ini
dapat terjadi, karena bisa saja enzim sudah tidak bekerja, karena suhu pada
lingkungan. Pada suhu tersebut enzim hanya bekerja sesaat. Reaksi yang terjadi
pada penujian kedua ini sama halnya dengan uji pertama, hanya saja perbedaan
pada waktu dan pengulangannya.
Selanjutnya
adalah uji lugol pada suhu >70◦C . 5 menit pertama saat pertama kali
diteteskan cairan lugol pati berubah menjadi kehitaman, namun setelah 5 menit
air pati kembali berubah menjadi warna putih dan sedikit bening hal ini
menunjukan tidak adanya kandungan polisakarida pada pati. 5 menit kedua saat
pertama ditambahkan 2 tetes lugol, pati berubah menjadi kehitaman namun stelah
5 menit berubah kemabli menjadi warna putih, hal ini menunjukan bahwa tidak ada
molekul polisakarida lagi didalam pati tersebut. Maka dipastikan bahwa air pati
tersebut sudah mengalami akromasi. Namun perlakuan dicoba kembali untuk
membuktikan. 5 menit ketiga setelah ditambah lugol pati berubah menjadi kuning.
5 menit keempat pati menjadi kuning. 5 menit ke lima pati menjadi kuning.
Sedangkan pada perlakuan ke 3, ke 4 dan ke 5
pati berubah warna menjadi kuning, menurut kami hal itu terjadi karena enzim
sudah rusak atau denaturasi. Dan larutan lugol menjadi bereaksi dengan zat lain
yang menyebabkan warna nya menjadi kuning.
2. Uji
Benedict
Uji
benedict adalah digunakan
sebagai satu uji atas adanya gula reduksi. meliputi semua monosakarida dan
banyak disakarida, termasuk laktosa dan maltosa. Bahkan lebih umum, uji
Benedict akan mendeteksi adanya aldehid, dan alfa-hidroksi-keton, termasuk yang
terjadi sebagai keton tertentu. Tembaga sulfat dalam larutan Benedict bereaksi
dengan gula reduksi. Pada uji benedict akan bereaksi dengan gugus aldehid,
kecuali dalam gugus aromatic dan alpha hidroksi keton.
Perlakuan pada uji benedict sama dengan
perlakuan dengan uji logol, hanya saja pada penambahan larutannya diubah
menjadi 2 tetes larutan benedict.
Percobaan pertama adalah dengan menggunakan suhu
norma atau suhu kamar. 5 menit pertama pati berubah menjadi warna biru (++). 5
menit kedua menjadi warna biru (+++). 5 menit ketiga tetap berwarna biru
(+++).5 menit keempat berwarna biru lebih pucat (++). 5 menit kelima warna biru
semakin pucat (+).
Perubahan warna biru pada uji benedict merupakn
ciri reaksi negative, namun terdapat kemungkinan pati tidak terlalu larut dalam
air dingian, namun lebih larut dalam air panas, karena pati memiliki bentuk
Kristal bergranula yang tidak larut pada temperature tertentu.
Selajutnya pengujian pada suhu 36◦C-37◦C . 5
menit pertama pati berubah menjadi biru (+++). 5 menit kedua pati menjadi biru
yang lebih pudar (++). 5 menit ketiga berwarna biru yang pudar (++). Berdasarkan
hasil tersebut masih didasarkan pada tidak larutnya pati, karena suhu tersebut
masih sama dengan suhu rata-rata kamar, sehingga belum menyebabkan pati larut.
Selanjutnya pengujian pada suhu >70◦C. 5
menit pertama pati berubah warna menjadi warna kuning (+++) menandakan bahwa
terdapat gula perduksi, 5 menit kedua orange dibagian atas dan warna biru
dibagian bawah, hal ini menujukan adanya gula perduksi dan larutan benedict
belum tercampur sempurna. 5 menit ketiga pati berwarna orange (++++) yang cukup
pekat menandakan gula perduksi cukup banyak. 5 menit keempat pati berwarna
orange (+++) menandakan terdapat gula pereduksi. 5 menit kelima pati berwarna
oramge (++).
Pengujian dihentikan, karena tidak terjadi
akromasi dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menunggu titik akromasi. Peruabahan
warna menjadi orange tersebut memiliki beberapa anggapan, yaitu karena memang
terdapat gula perduksi pada air pati, karena pada suhu yang panas pati dapat
larut dan dapat memecah kandungan molekul gula. Namun hal tersebut bertentangan
dengan pernyataan “gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan
aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi
pula gula perduksi yang dihasilkan”.
Reaksi positif
yang seharusnya terjadi saat uji benedict adalah berubahnya larutan atau bahan
menjadi warna kuning, orange atau merah bata. Jika perubahan warna menjadi
warna biru hal tersebut menandakan tidak terdapatnya gula pereduksi didalam
bahan uji. Adapun rekasi kimia yang terjadi adalah :
G. Kesimpulan
Enzim merupakan suatu substrat yang dapat membantu proses metabolisme dalam tubuh organisme, namun enzim memiliki ciri khas, yaitu salah satunya adanya kinerja pada suhu tertentu. Suhu sangat mempengaruhi kinerja enzim.
Berdasarkan pengamatan pengaruh suhu terhadap enzim, yaitu jika suhu tempat kerja enzim normal atau suhu kamar (37oC) enzim dapat bekerja secara optimal. Sebaliknya jika suhu lingkungan enzim terlalu tinggi atau terlalu rendah enzim akan non aktif dan tidak akan bekerja membantu dalam metabolisme suatu substrat.
Setelah suhu naik melebihi optimal, hubungan antara enzim dan perubahan suhu menjadi berubah, karena enzim akan mengalami denaturasi atau ikatan yang memegang bentuk enzim akan pecah.
Daftar Pustaka
sumber Buku :
- Winarno.F.G
(1992). “Kimia Pangan dan Gizi”, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama
- Poedjiadi.Anna
& F.m. Titin Supriyanti. (2005). “Dasar – Dasar Biokimia”. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-pers)
- Sudjadi.Bagod (2005)."Biologi Sains dalam Kehidupan 3A". Surabaya : Ghalia Indonesia Printing.
Sumber Internet :
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/amilase
- https://id.wikipedia.org/wiki/Air_liur
- http://www.edubio.info/2014/04/uji-benedict.html
- http://andyfahreza.blogspot.co.id/2015/03/karbohidrat-uji-benedict-biokimia.html
- https://gustinnarra38.wordpress.com/2015/03/05/uji-bahan-makanan-yang-mengandung-protein-amilum-lemak-dan-glukosa/
- http://rhizaamaliafanaidie.blogspot.co.id/2015/10/enzim-amilase.html
Lampiran :
1. Awal (Air pati)
2. Hasil akhir 5 menit ke 3 pada suhu normal
3. Hasil akhir 5 menit ke 4 pada suhu normal
4. Hasil akhir 5 menit ke 5 pada suhu normal
5. Hasil akhir 5 menit ke 4 pada suhu 36-37oC
6. Hasil akhir 5 menit ke 5 pada suhu 36-37oC
7. Hasil akhir 5 menit ke 3 pada suhu >70oC
8. Hasil akhir 5 menit ke 5 pada suhu >70oC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar